Jumat, 14 Desember
2013
Kepada:
Ibuku tercinta
Aku selalu berdoa kepada Tuhan
yang maha kuasa
agar surat yang aku
buat bisa sampai kepadamu,ibu. Karena aku
sangat rindu terhadap
kasih sayangmu yang selalu menghangatkan hati dan jiwaku.
Hatiku terselimuti awan gelap yang menutupi mata hati, sehingga ku tak bisa menentukan arah kemana
aku akan melangkah
tetapi atas kasih
sayangmu engkau bisa
menghangatkan dan menerangi
hati dan jiwa yang kelabu ini.
Aku berdoa kepada Tuhan yang
memberi kesehatan agar engkau
berada dalam keadaan
yang sehat walafiat
dan semoga kasih
sayang tuhan selalu
mengikutimu sehingga engkau bisa
menjalani keseharian dengan selamat.
Walaupun aku selalu
berdoa, tetapi aku
masih merasa cemas
akan keadaanmu sekarang yang tambah
usia dan mulai
sakit-sakitan. Aku tidak
bisa berbuat banyak ketika
engkau sakit tetapi engkau bisa berbuat banyak ketika
aku sakit walaupun
sakit yang kuderita itu amatlah ringan. Aku hanya
bisa berdoa dan
berdoa agar engkau sehat kembali.
Tahun demi tahun
telah terlewati. Umurku semakin
bertambah dan umurmu
juga mulai tua.
Kini hari-hariku mulai merasa
kesepian ketika aku
berada jauh karena
disibukkan pada keseharianku untuk mencari
ilmu. Aku juga
mulai kesepian ketika tiada pelukan kasih sayang
yang kuterima di luar
sana tetapi di
sini ku mendapat
pelukan kasih sayangmu. Walaupun bukan “hari
valentine” ataupun hari kasih
sayang lainnya, engkau selalu
memberi kasih dan
sayangmu setiap hari
kepadaku ini.
Ketika aku mulai
beranjak dewasa, aku selalu
mempertanyakan kebohonganmu sewaktu
masa kecilku dulu di
dalam hatiku. Karena engkau
berbohong kepadaku hanya demi anakmu
ini tanpa mempedulikan dirimu sendiri. Aku mulai merasa bahwa
kebohongan itu tidak bisa kulakukan
kepadamu
sekarang karena engkau selalu menganggapku
anak kecil walaupun
aku sudah sebesar
ini dan engkau juga memberi kasih serta sayang
dengan rasa tulus dan
ikhlas yangmana kasih sayang tersebut tidak bisa
kulakukan kepadamu.
Aku cinta engkau,ibu. Walaupun ada sebuah
ibarat jawa yang
berbunyi ”cintane wong tuwo
maring anak kaya sak
klapa tapi nek
cintane anak maring wong
tuwo mek sak
upo, sak gedhe-gedhene upo ora
ngira bisa nandingi klapa walau
klapane mau kecenthet.
” Aku cinta engkau ibu, walau
besar rasa cintaku
tak sebesar rasa cintamu padaku. Itu kuusahakan
karena aku hanya ingin memberi
sebagian kasih sayangku kepadamu seorang saja.
Ibu......... maafkan aku, karena aku selalu
menyusahkanmu, membantahmu, dan menghiraukan
apa yang kau suruh. Dulu
sewaktu aku kecil
aku amatlah nakal dan
mencelakakan orang sekitar
tetapi kenakalan itu engkau
hadapi dengan kesabaran yang sangat luar biasa.
Aku ini juga
mempunyai kesabaran tapi jika
kesabaranku dibandingkan dengan kesabaranmu
itu aku yakin
tidak akan bisa menandinginya. Maka dari itu, aku
ingin mempunyai kesabaran
sepertimu supaya ku bisa
mencintai dengan rasa
sabar seperti dirimu itu.
Ibu...........di hari ibu
ini aku ingin berbakti kepadamu dan ingin mencintaimu
dengan sepenuh hatiku ini. Surat
ini kukirim dengan rasa cinta
dan sayang yang hanya
ditujukan kepadamu seorang,ibu. Ibu engkaulah pelitaku, pelindungku, pahlawanku, dan juga orang
tuaku. Dibandingkan pahlawan di luar
negeri, engkaulah pahlawan dan pelindung yang paling
hebat daripada mereka karena mereka hanya
membela kebenaran saja tapi engkau berbeda dengan itu, engkau
membela kebenaran, membelaku, melindungiku sekaligus memberi kasih sayang
yangmana mereka belum tentu
bisa memberi kasih sayang
sebesar engkau.
Engkaulah yang memberi
kasih sayang kepadaku sehingga aku seperti ini. Tidak ada kata
yang bisa kuucapkan selain kata
“terima kasih ibu,
jasamu terkenang dalam hatiku dan kasih sayangmu tak terhingga sepanjang masa. Syukron yaa ummi.”
Dari
Anakmu tercinta
22 DESEMBER 2013 DI PERPUSTAKAAN UMUM LAMONGAN
FLP LAMONGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar